Kekuasaan dan Kepemimpinan Sepenuhnya dari Allah
Kekuasaan dan Kepemimpinan Sepenuhnya dari Allah adalah bagian dari ceramah agama dan kajian Islam ilmiah dengan pembahasan Al-Bayan Min Qashashil Qur’an. Pembahasan ini disampaikan oleh Ustadz Abu Ya’la Kurnaedi, Lc. pada Senin, 9 Jumadil Awal 1446 H / 11 November 2024 M.
Kajian Tentang Kekuasaan dan Kepemimpinan Sepenuhnya dari Allah
Kita masih membahas kisah Nabi Yusuf ‘Alaihis Salam. Pada kesempatan sebelumnya, kita telah sampai pada halaman ke-346, yang membahas tentang kekuasaan. Di sini, penulis rahimahullah menyampaikan beberapa ayat dari Al-Qur’an yang menunjukkan bahwa kekuasaan sepenuhnya dari Allah. Allah-lah yang memberi kekuasaan kepada siapa yang Dia kehendaki dan mencabutnya dari siapa yang Dia kehendaki.
Allah Ta’ala berfirman dalam Surah Ali Imran:
قُلِ اللَّهُمَّ مَالِكَ الْمُلْكِ تُؤْتِي الْمُلْكَ مَنْ تَشَاءُ وَتَنْزِعُ الْمُلْكَ مِمَّنْ تَشَاءُ وَتُعِزُّ مَنْ تَشَاءُ وَتُذِلُّ مَنْ تَشَاءُ ۖ بِيَدِكَ الْخَيْرُ ۖ إِنَّكَ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
“Katakanlah (Wahai Muhammad), ‘Wahai Rabb yang memiliki kerajaan/kekuasaan, Engkau berikan kerajaan kepada siapa yang Engkau kehendaki, dan Engkau cabut kerajaan dari siapa yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan siapa yang Engkau kehendaki, dan Engkau hinakan siapa yang Engkau kehendaki. Di tangan-Mu lah segala kebajikan. Sungguh, Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu`” (QS. Ali Imran [3]: 26).
Ayat lainnya dalam Surah Al-Baqarah juga menegaskan hal serupa:
…وَاللَّهُ يُؤْتِي مُلْكَهُ مَنْ يَشَاءُ…
“Dan Allah memberikan kerajaan-Nya kepada siapa yang Dia kehendaki.” (QS. Al-Baqarah [2]: 247).
Kemudian, Allah menjelaskan tentang kekuasaan yang diberikan kepada Nabi Daud ‘Alaihis Salam. Firman-Nya:
…وَآتَاهُ اللَّهُ الْمُلْكَ…
“Dan Allah telah memberikannya kerajaan” (QS. Al-Baqarah [2]: 251)
Kemudian, Allah juga menyebutkan tentang Raja Namrud yang diberi kekuasaan dan kerajaan. Dalam Surah Al-Baqarah, Allah berfirman:
أَلَمْ تَرَ إِلَى الَّذِي حَاجَّ إِبْرَاهِيمَ فِي رَبِّهِ أَنْ آتَاهُ اللَّهُ الْمُلْكَ…
“Tidakkah kamu memperhatikan orang yang mendebat Ibrahim tentang Rabbnya, karena Allah telah memberinya kekuasaan?” (QS. Al-Baqarah [2]: 258)
Jadi, Allah-lah yang memberikan kekuasaan kepada Namrud, dan Allah juga yang membinasakan Namrud. Selanjutnya, Allah berfirman dalam Surah An-Nisa tentang keluarga Nabi Ibrahim:
…فَقَدْ آتَيْنَا آلَ إِبْرَاهِيمَ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَآتَيْنَاهُمْ مُلْكًا عَظِيمًا
“Dan sungguh, Kami telah memberikan kepada keluarga Ibrahim Kitab dan hikmah, serta Kami anugerahkan kepada mereka kerajaan yang besar.” (QS. An-Nisa [4]: 54)
Allah juga menyebutkan dalam Surah Al-Maidah tentang Nabi Musa yang mengingatkan kaumnya akan kedudukan mereka:
وَإِذْ قَالَ مُوسَىٰ لِقَوْمِهِ يَا قَوْمِ اذْكُرُوا نِعْمَةَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ جَعَلَ فِيكُمْ أَنْبِيَاءَ وَجَعَلَكُمْ مُلُوكًا…
“Dan ingatlah ketika Musa berkata kepada kaumnya, ‘Wahai kaumku, ingatlah nikmat Allah atas kalian ketika Dia menjadikan para nabi di tengah-tengah kalian dan menjadikan kalian para raja`” (QS. Al-Maidah [5]: 20)
Semua kekuasaan, jabatan, dan kedudukan adalah kehendak Allah. Allah-lah yang menjadikan seseorang sebagai raja, penguasa, atau pemimpin.
Dalam Surah Yusuf, Allah menyampaikan doa Nabi Yusuf ‘Alaihis Salam:
رَبِّ قَدْ آتَيْتَنِي مِنَ الْمُلْكِ…
“Wahai Rabbku, Engkau telah menganugerahkan kepadaku sebagian dari kekuasaan” (QS. Yusuf [12]: 101)
Apabila telah jelas perkaranya bahwa kekuasaan di muka bumi merupakan perkara yang ada di tangan Allah Subhanahu wa Ta’ala, maka ingatlah bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala juga berfirman:
…إِنَّ اللَّهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّىٰ يُغَيِّرُوا مَا بِأَنْفُسِهِمْ…
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri” (QS. Ar-Ra’d [13]: 11)
Dari ayat ini, jika ingin berubah, maka rubah diri kita. Seandainya kaum muslimin tidak menjadi semakin taat kepada Allah, lemah dari sisi dunia dan agama, maka akan sulit mendapatkan kemenangan.
Pemimpin sebagai Cerminan Rakyat
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
وَكَذَٰلِكَ نُوَلِّي بَعْضَ الظَّالِمِينَ بَعْضًا بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ
“Dan demikianlah Kami jadikan sebagian orang-orang dzalim sebagai pemimpin bagi sebagian yang lain, disebabkan perbuatan yang mereka lakukan” (QS. Al-An’am [6]: 129)
Ayat ini menunjukkan bahwa pemimpin adalah cerminan dari rakyatnya. Jika masyarakatnya dzalim, maka pemimpinnya pun akan cenderung dzalim. Sebaliknya, jika rakyatnya shalih, pemimpinnya juga akan shalih, bi’idznillah.
Banyak di antara kita yang bercita-cita menjadi pemimpin dan berpikir bahwa dengan menjadi pemimpin, kita bisa mengubah masyarakat menjadi lebih baik. Namun, kenyataannya, pemimpin itu adalah cerminan dari rakyatnya. Banyak yang bersuara lantang tentang ketidakadilan dalam kepemimpinan dan korupsi, tetapi pada saat yang sama, mereka juga curang dalam berdagang, mengurangi timbangan, dan melakukan transaksi riba. Jika rakyatnya baik, kita yakin seyakin-yakinnya bahwa Allah akan memberikan pemimpin yang baik pula.
Pernah ada sebuah kisah nyata yang diceritakan langsung kepada saya. Di suatu tempat, terjadi bencana banjir. Seorang teman saya yang memimpin sebuah lembaga pendidikan di wilayah tersebut menawarkan bangunan sekolahnya sebagai tempat pengungsian. Para pengungsi, baik laki-laki, perempuan, maupun keluarga, diterima dengan tangan terbuka, dan kebutuhan makan mereka pun ditanggung.
Setelah beberapa hari, pihak sekolah mengumumkan peraturan sederhana. Mengingat lembaga ini adalah lembaga pendidikan Islami, mereka meminta agar para laki-laki melaksanakan shalat berjamaah di masjid dan para wanita mengenakan jilbab. Ini adalah upaya untuk menjaga suasana Islami di tempat tersebut. Namun, yang terjadi justru sebaliknya; banyak dari pengungsi yang memutuskan untuk meninggalkan tempat tersebut setelah aturan ini diberlakukan.
Kisah ini menjadi pelajaran penting. Bagaimana mungkin masyarakat yang abai terhadap shalat dan kurang peduli dengan aturan agama mengharapkan hadirnya pemimpin yang baik dan saleh? Pemimpin yang baik akan muncul jika rakyatnya pun baik.
Oleh karena itu, dakwah yang terbaik adalah dengan mengajak umat untuk kembali memahami Al-Qur’an dan sunnah Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, mempelajari Islam, dan berusaha mengamalkannya. Hanya dengan pendekatan seperti inilah kita bisa berharap lahirnya pemimpin yang baik, karena pemimpin adalah cerminan dari masyarakat yang dipimpinnya.
Bagaimana penjelasan lengkapnya? Simak dan download mp3 kajian yang penuh manfaat ini.
Download MP3 Kajian
Podcast: Play in new window | Download
Artikel asli: https://www.radiorodja.com/54691-kekuasaan-dan-kepemimpinan-sepenuhnya-dari-allah/